Kecerdasan Emosi
Ketika saya SMP dulu, saya pernah dibelikan buku
dan CD motivasi ESQ (Emotional and Spiritual Quotient)-Arry Ginanjar oleh bapak
saya. Saya belajar betapa kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual jauh lebih
penting di banding kecerdasan intelektual (IQ).
Saya jadi ingat kejadian di bandara ketika saya
akan berangkat ke lampung berdua dengan atasan saya. Semua penumpang sudah siap
di tempatnya masing-masing, pramugari sudah menjelaskan prosedur keselamatan
dan pesawat siap terbang. Namun sesaat sebelum pesawat take off,
ada pengumuman bahwa terjadi penundaan keberangkatan selama 10 menit karena ada
kerusakan pesawat dan penumpang harap menunggu di kursi masing-masing, setelah
10 menit ada pemberitahuan lagi bahwa kembali terjadi delay selama
30 menit, penumpang diharapkan turun dan menunggu diruang tunggu bandara.
Penumpang mulai emosi, mereka mengeluh, dan rada mengomel.
Setelah 30 menit ternyata ada pengumuman lagi
bahwa pesawat masih delay kira-kira 1 jam lagi. Woah...
penumpang yang memang sudah kesal, kali ini panas. Bapak-bapak gagah, berkemeja
rapi, mendatangi bagian pusat informasi maskapai pesawat itu, menggebrak meja
dan marah-marah. Sang petugas yang tidak menahu soal teknis dan hanya bekerja
sesuai instruksi menjelaskan prosedur standar yang harus dilakukan jika ada kerusakan mesin pesawat. Bapak-bapak itu semakin emosi,
jari telunjuknya menunjuk-nunjuk ke arah petugas "panggil bos lo kesini,
gue ada meeting penting tapi malah delay dan
gak jelas kapan berangkat. Lo tau ga akibatnya apa!!". Si petugas dengan
ketakutan menjelaskan kalau sedang terjadi kerusakan bagian pesawat dan masih
dilakukan perbaikan. Bapak-bapak tadi tidak puas dan tidak terima dengan
penjelasan petugas, kemudian datang lagi beberapa penumpang yang juga ikut
memaki-maki, minta ganti rugi, dan lain-lain. Atasan saya yang bule beberapa
kali mengomel tapi hanya berbicara sendiri "shitt, fuck..."
dll.
Mengapa harus marah dan memaki? bukankah kita
seharusnya bersyukur dan berterimakasih kepada teknisi pesawat yang berhasil
mendeteksi adanya kerusakan pada pesawat? Bukankah kita harusnya ber-hamdallah
sebanyak-banyaknya?! Bayangkan sesaat sebelum terbang, jika itu tidak
terdeteksi saya tidak tahu mungkinkah saya dan penumpang lain masih selamat
atau meninggal karena kecelakaan yang memang sudah banyak terjadi. Setelah 2
jam menunggu akhirnya semua penumpang berangkat dengan pesawat lain dan Alhamdulillah selamat sampai tujuan.
Kemudiaan saat itu saya ingat bahwa begitu
pentingnya kecerdasan emosi. Bapak-bapak dan ibu-ibu yang marah da mencaci maki
itu saya yakin mereka orang dengan IQ yang tinggi, berpendidikan, beberapa
punya bisnis besar, tapi kalau tidak punya kecerdasan EQ maka tidak akan mampu
berfikir positif, Arry Ginanjar menyebutnya sebagai belenggu dalam diri (ada 7
belenggu, yaitu prasangka negatif, prinsip hidup, pengalaman, kepentingan, sudut pandang, pembanding, dan fanatisme).
Pak Arry ginanjar juga pernah menceritakan di video nya
kondisi serupa yang saya alami. Terjadi penundaan penerbangan pesawat ke luar
negeri yang pada akhirnya penerbangan di batalkan setelah menunggu 1 jam karena
mengalami kerusakan mesin dan akan berangkat esok pagi. Banyak penumpang bussnissman dan petinggi penting. Sama, semua
penumpang marah, memaki, dan ada salah satu penumpang menggebrak meja dan
mengatakan “anda tahu siapa saya?! Anda tahu pimpinan anda pun bisa saya geser
dari perusahaan ini, kerugian yang akan saya alami adalah ratusan milyar rupiah
dan akan saya tuntut perusahaan anda”.
Namun tidak dengan satu orang lelaki usia
setengah baya, dia mengatakan “luar biasa… luar biasa…”. Petugas airport heran “kenapa bapak katakan luar
biasa, yang lain marah kok bapak seperti ini”. Bapak itu mengatakan “bayangkan
jika pesawat dipaksakan berangkat, bisa jadi kita bisa meninggal disana”.
Petugas berkata lagi “Bapak tidak marah?” Bapak itu bilang “Saya ingin marah sebenarnya saya
juga punya bisnis penting, tapi buat apa saya marah.inilah kenyataannya. Saya
ikhlas, mudah-mudahan bisnis saya lancar dan besok bisa berangkat, makasih,
selamat malam”. Petugas keheranan dengan kebijaksanaan sang bapak, sebelum
bapak pergi si petugas mengatakan bahwa sebenarnya terdapat 1 seat kosong ke Negara
yang sama namun harus memutar 200-300 mil lebih jauh, “kalu bapak mau silakan
pak, di sebelah sana” kemudian si bapak berangkat dan bisnisnya lancar. Sedangkan
orang yang marah-marah??? J This shows that the ability to cope with an emotional
quotient makes your business more successful. This is not about IQ, but EQ-The ability
to handle the emotional so it enables to take the decision calmly.
Tidak cukup kecerdasan intelektual yang kita miliki, tidak cukup
kecerdasan intelektual yang diajarkan kepada anak-anak, namun juga perlu
kecerdasan emosi - Arry Ginanjar
Comments