Kepingan Inspirasi dari Generasi Sebuah Negeri Raksasa-INDONESIA.
“Kaka… belajarnya setiap hari
dong… “
“Kaka… belajarnya sampe malem
yaa…”
Kalimat itu begitu menohok hati ,
sedih namun bangga melihat semangatnya yang luar biasa. Terucap dari murid saya
dan empat teman lainnya. Mereka adalah anak-anak jalanan, pemungut sampah,
beberapa ada yang pernah bersekolah lalu berhenti karena tak ada biaya. Mereka
belajar hanya hari minggu pagi sampai siang.
Inilah yang kemudian menggerakkan
saya untuk ikut turun tangan di KIB 2 (Kelas Inspirasi Bogor). Saya ingin bertemu dengan anak-anak SD.
Membantu menyemangati bahwa mereka yang bisa bersekolah adalah suatu anugerah
yang harus dimanfaatkan karena buat sebagian orang bisa mendapatkan pendidikan
layak hanya sekedar mimpi dan menjadi barang mewah. Saya merasa ketitipan
sesuatu dari tuhan untuk memberikan jawaban “mengapa mereka harus tetap sekolah
dan melanjutkan sekolah”.
Kelas Inspirasi adalah gerakan para profesional turun ke
Sekolah Dasar (SD) selama sehari, berbagi cerita dan pengalaman kerja juga
motivasi meraih cita-cita. Cerita tersebut akan menjadi bibit untuk para siswa
bermimpi dan merangsang tumbuhnya cita-cita tanpa batas pada diri mereka. (Source:
web KI).
Yeaaay!!! Rasa senangnnya mirip-mirip seperti ditembak
gebetan ketika buka email dan saya terpilih menjadi relawan inspirator. Saya
tergabung di kelompok 6 dan ditempatkan mengajar di SDN Bantar Kemang 2. Saya
kebagian ngajar di kelas 2, 4, dan kelas 6. Mendadak pusing ketika tahu dapet kelas 2. Sudah terbayang
bagaimana ramenya suasana kelas dengan kondisi anak-anak yang susah diatur khas
anak SD. Belum lagi kalau ada yang BAB dicelana, ingusan, dan lain-lain… whoaa
membayangkannya saja saya mimisan (yang
ini hoax :p).
“Ini tantangan !” kata saya dalam
hati. Jiwa mau bekerja keras dalam diri mulai timbul (ceileh…. Bukan hoax lho
yang ini). Saya mulai berpikir dan membayangkan metode apa yang akan saya
gunakan untuk menginspirasi mereka dengan profesi saya. Tentunya memikirkan
juga jurus untuk “menjinakkan” mereka. He he he
Hari Inspirasi pun tiba, 9
September 2014. Subuh itu saya bawa semua alat perang saya ke SD Bantar kemang
2 tentunya bersama dengan 10 inspirator lain, 2 orang fotografer, dan 1 orang
videografer. Masuk ke area SD, grogi melanda semua inspirator. Bagaimana tidak,
yang biasanya menghadapi pasien, customer,
karyawan, dan mahasiswa, kini harus menghadapi bocah-bocah.
Sebelum kelas Inspirasi dimulai,
dilakukan opening di lapangan. Semua murid dikumpulkan untuk menyanyikan lagu
Indonesia Raya dan diperkenalkan singkat dengan ibu dan bapak inspirator. Menyanyikan
lagu Indonesia Raya dipimpin oleh ibu guru SD sebagai dirigen. Semua hening ketika mendengar aba-aba khas sang
dirigen untuk mengambil suara “Hiduplah… Indonesia raya… 1..2..3..”
Semua serentak menyanyi
“Indonesia…. Tanah airku… tanah tumpah darahku…”. Tapi tidak dengan murid kelas
1, mereka serentak melanjutkan lirik sang dirigen “merdeka… merdeka…. hiduplah
Indonesia raya”. Semua inspirator saling
tatap bingung dan tiba-tiba ibu guru bilang “ulang-ulang !!!” sambil muka kesal
dan menepuk tangannya sendiri dipaha. Ini terjadi hingga 2 kali ha ha ha. Otomatis
suasana seremonial nan khidmat pun pecah, para inspirator menahan tawa melihat
keluguan anak-anak itu.
Tepat jam 08.00 kelas Inspirasi
dimulai, semua inspirator memasuki kelas masing-masing sesuai pembagian. Benar
saja, dari ketiga kelas yang saya ajar, keringat dan tenaga saya paling
terkuras dikelas 2.
“Assalamualaikum anak-anak… kelas
Inspirasi?????? “
Semua serentak “Bangun mimpi (mengepalkan tangan didada)…. Anak
Indonesiaaaaa (tangan mengepal keatas).
Saya mulai memperkenalkan diri
dan profesi saya dengan cara kreatif. Profesi saya Quality Assurance yang kemudian saya perkenalkan ke anak-anak
sebagai Supervisor agar mereka lebih mudah mengerti.
Ditengah sesi, tantangan
diberikan kepada 5 orang yang berani menjadi supervisor cilik. Dimana mereka
disajikan 12 gambar produk pangan dan harus menilai lolos atau tidak.
Ketika sesi ini dilakukan di
kelas 2, panik melanda. Anak-anak yang lain ribut dan bertingkah aneh. Ada yang
jalan-jalan, ada yang naik kursi, ada yang teriak-teriak, dan
banyak sekali tingkah yang lain. Disitu saya berhalusinasi dan membayangkan muka
guru-guru SD senyum licik ala penjahat sambil bilang “rasain lo…penderitaan gue
selama ini”. Berat sekali cyinn menjadi guru SD, bahkan inspirator lain yang
berprofesi sebagai entepreneur yang
juga relawan bencana mengatakan “gue lebih baik evakuasi jenazah dah daripada handle anak-anak (sambil keringat
menghujani wajahnya)”
Tarraaammmm… senjata pamungkas
saya mulai keluar. TONGSIS….! Sementara yang 5 orang sedang menjadi supervisor,
saya ajak mereka narsis pake tongsis. Anak-anak kelas 2 jadi jinak. It
works ! ha ha ha gak jadi mimisan deh saya. Tongsis memang gak pernah
salah.
Setelah memperkenalkan profesi, saya
mulai motivasi mereka dengan pertanyaan “anak-anak kenapa sih kita harus
belajar? Kenapa yaa kita harus berpendidikan?” Beragam jawaban rata-rata
menjawab supaya pintar. Lalu saya tunjukkan foto Reni yang saya print out besar, mahasiswi lulusan
terbaik UNS dan murid-murid kelas 4 dan 6 banyak yang tahu.
“itu yang masuk TV, bu…”
“itu yang ke luar negeri, bu…”
Saya bilang, kalian harus percaya
kalau pendidikan itu bisa merubah nasib. Ini buktinya. Mbak Reni yang cuma anak seorang tukang becak bisa
kuliah dan keluar negeri gratis karena mbak Reni pintar dan mau belajar. Semua
menyimak dan suasana hening.
Saya tunjukkan lagi foto orang
sukses vs orang tidak mampu dan meminta mereka menjawab apa bedanya gambar yang
sebelah kanan dan kiri. Lucunya, anak kelas 4 ada yang menjawab
“yang sebelah kanan itu mata
duitan, bu…”
Sumber:
Yasalaaam… saya langsung nelen
ludah, saya liat gambarnya untuk
mengecek, dan cepat-cepat berusaha meluruskan. Tapi kemudian tiba-tiba
ada yang menyaut dari arah kanan
“yang kanan orang sukses !”
Ahaaa! “Betul sekali kamu nak.
Yang kanan adalah orang sukses dan yang kiri adalah orang yang tidak mampu.
Perbedaan diantara keduanya adalah, MIMPI ! orang-orang sukses adalah
orang-orang yang punya mimpi.
- Mbak Reni, walaupun pernah dihina tetangganya sebagai orang miskin, tapi karna mbak Reni punya mimpi keluar negeri, mbak Reni tetap berusaha keras dan tidak mudah menyerah
- Presiden pertama kita Soekarno, kalau tidak punya mimpi agar Indonesia merdeka, kita masih dijajah Belanda sekarang”
- Ibu Syari, dulu waktu SD pernah dapet nilai ulangan IPS 0… (lalu semua tertawa). Tapi karena Ibu punya mimpi ingin kuliah, maka ibu berubah belajar lebih rajin, berhasil kuliah dan hari ini ibu bisa datang ke SDN Bantar Kemang 2 untuk menginspirasi kalian.
Kuncinya harus berani bermimpi.
Jadi, siapa disini yang yang berani mimpi tinggi?”
Senyum sayapun melebar ketika
melihat semuanya tunjuk tangan tanpa terkecuali. Kemudian meminta mereka
menulis mimpinya lalu bawa pulang
kertasnya dan tempel ditempat yang sering mereka
lihat, bisa dipintu, didinding kamar, dimana saja. Salah seorang murid “Buguru
dikamar mandi boleh?”
“Ya tentu boleh… karena setiap
pagi kamu pasti mandi, saat itu juga kamu akan ingat mimpi kamu, dan kamu akan
semangat belajar di sekolah untuk mengejar mimpi”.
Foto oleh:Hendra Wijaya
The moment ketika mereka diam menerawang keatas sambil merenungi mimpi mereka dengan khusyuk lalu
menuliskannya dikertas itu priceless
sekali.
Ketika saya keluar dari kelas 4,
ada seorang anak perempuan yang mengikuti dan meminta nomer hp kemudian
bertanya “ibu mau kemana?” Saya jawab “Ibu mau ngajar di kelas 6, tapi ibu gak
tau dimana ya kelas 6.”. Dengan tulus dia gandeng tangan saya dan berjalan
didepan saya lebih cepat memandu menuju kelas 6. Saat itu saya sedang belajar
ketulusan dari seorang anak SD. Dalam hal menyayangi dan memberi, gak ada yang
lebih tulus dari anak-anak. Mereka gak mengenal konsep pamrih. Berbeda dengan
kita orang-orang dewasa, yang seringkali pemberiannya diselubungi kalkulasi
untung rugi dan motif tertentu.
Disela mengajar saya berikan
mereka permainan konsentrasi Gajah-Semut. Anak yang salah tidak mendapat reward sticker. Dikelas 6, karena
muridnya terlalu banyak yaitu 52 orang menyebabkan saya kurang bisa mengawasi.
Ketika saya memberikan reward ke
salah seorang anak laki-laki yang duduk di bangku paling belakang, dia
mengembalikannya kepada saya sambil bilang “saya tadi salah bu”. Ah,,,
lagi-lagi saya belajar dari anak SD, kali ini saya belajar mengenai kejujuran. “Karna kamu sudah berani jujur, ibu kasih reward-nya untuk kamu juga”. Saya pun
kembali memberi sabda kepada anak-anak “anak-anak, orang sukses itu selain
harus kerja keras, tidak mudah menyerah, dan mandiri, juga harus JUJUR, seperti
yang dilakukan Raehan”. Semoga itu membekas dihati Raehan dan gak akan pernah
lupa seumur hidupnya bahwa kejujuran membawanya mendapat reward.
Diakhir sesi, saya ajak anak-anak
bernyanyi lagu -Guru Tersayang- diiringi musik dari laptop dan speaker yang saya bawa. Saya hanyut
bersama mereka yang ternyata senang dengan lagu itu. Di kelas 2, beberapa anak
minta diputarkan -lagu odong-odong- (mereka menyebutnya begitu). Haduh nak… ibu
ndak punya L. Saya belajar keceriaan dan
indahnya menikmati hidup dari anak-anak SD. Anak-anak hidup dan menikmati apa
yang mereka lakukan hari ini. Orang dewasa seringkali terlalu sibuk memikirkan
hari esok bakal seperti apa, mencemaskannya sampai-sampai mereka lupa menikmati
apa yang ada di hadapan mereka sekarang.
Foto oleh Hendra Wijaya
Di sesi penutupan setelah
penempelan cita-cita dipohon impian, semua murid dikumpulkan dilapangan untuk
melepaskan balon sebagai simbol
untuk raih impian setinggi mungkin. Semua murid berteriak sambil tepuk tangan
“lepasin…lepasin…lepasin”
Ada salah satu inspirator yang berteriak
“lauk asin…lauk asin” ke anak kelas 3. Magisnya kekuatan inisiasi, tak butuh
waktu lama semua murid dari kelas 1 sampai kelas 6 teriak “lauk asin… lauk
asin… lauk asin…”. Terdengar oleh saya seorang guru mereka ada yang nyeletuk
“kok lauk asin sih? maneh mah lauk asin disambelan tah enak”-sambil menepuk
pundak muridnya.
Foto oleh:Hendra Wijaya
Begitulah anak-anak, diinisiasi
sedikit saja mereka cepat menangkapnya. Begitu juga ketika mereka diinspirasi
untuk membangun mimpi. Buat kita mungkin hanya cuti satu hari, menginspirasi
mereka lewat profesi, tapi bagi mereka itu dapat menginspirasi selamanya.
Melihat ketulusan, keceriaan,
kejujuran, dan kepolosan mereka… maka kurang tepat rasanya kalau saya yang
menginspirasi, tapi sayalah yang justru terinspirasi dari mereka.
Pada akhirnya kita akan terganti
oleh mereka, generasi penentu Bangsa. Bangsa yang katanya adalah Negeri raksasa
yang tertidur. Semoga kelak mereka mampu mengubahnya menjadi Negeri raksasa
yang telah bangkit, INDONESIA.
Foto oleh Hendra Wijaya
Comments