Boleh merokok, asalkan...
Kini, di beberapa tempat umum
kita mulai susah ya untuk berbagi udara sehat. Padahal Undang-undang larangan
merokok dikawasan tertentu banyak di sosialisasikan .Kurang lebih isinya
mengenai larangan merokok di kawasan tertentu seperti tempat umum dan lembaga
pendidikan. Tapi si perokok kelihatannya pura-pura gak tahu. Alhasil, para
perokok pun pada geram, mereka merasa hak nya di kebiri. Hellooowww, padahal
merokok itu bukan hak kan, oke, setuju???? Deal ya!.
Pernah suatu hari di angkot saat saya
mau berangkat kuliah, cuaca panas banget, gerah, ada bapak-bapak di pojokan
angkot ngisep rokok dengan asiknya. Padahal sebelahnya ada ibu-ibu gendong anak
bayi. Spontan saya tegur dengan sopan itu bapak-bapak “Pak, maaf rokoknya,
kasian dede bayinya…” kemudian dengan rela nya bapak itu membuang rokoknya
lewat jendela. Di tengah perjalanan, si bayi nangis. Ibu yang
menggendongnya ngangkat bayi itu sambil bilang “duuuhh duh duh, di gendong
bapak dulu ya nak, ibu pegel” . towewwwwwwwww….Saya cengo, agak malu juga, tapi
gak nyangka. Ternyata orang yang tadi saya tegur adalah bapaknya si bayi. Masya
Allah… bahkan saya lebih peduli kesehatan si bayi itu di banding bapaknya
sendiri.
Kabarnya, tahun lalu perusahaan
rokok “GG” meraup untung 4 triliun. Pertanyaan nya? Kemana uang tersebut? Untuk
siapa? Jelas kepada pemegang saham perusahaan. Bukan petani tembakau ataupun
buruh. Apakah perusahaan rokok itu peduli dengan kesehatan para perokok?
terlebih generasi muda bangsa ini dimana anak SMP sudah banyak pula yang
merokok dengan alasan itu keren, macho, hebat, dll. Rasanya gak berlebihan kalo
saya bilang para perokok hanya menukar kesehatannya dengan kesenangan palsu
dengan harga mahal. Parahnya, pernah lihat juga gak pengemis yang merokok? Atau
bapak-bapak yang dorong gerobak pemulung sampah sambil merokok? Mengapa dalam
keadaan ekonomi yang terdesak mereka memaksakan diri mereka untuk membeli
barang yang hanya memberi efek kesenangan (katanya) ???.
Wahai para wanita, mungkin kalian sama seperti saya. Bang tere liye bilang Memasukkan kriteria “tidak merokok” bagi suami kelak itu hal yang penting. Banyak sekali pria produktif, mapan,pekerja keras, dan tidak merokok karena lelaki itu paham betul bagaimana merokok itu merusak generasi muda bangsa ini. Jadi, berbanggalah wanita yang punya suami bukan perokok. Saya akan jadi wanita selanjutnya yang membanggakan suami saya.
Ini ada 2 gambar dari pasien
berbeda yg saya dapet dari twitter.
Sumber
foto: @marimar_auw
Beliau yang posting foto ini di
twitter, seorang dokter. Beliau bilang, ini hanya di bius lokal, skala sakitnya
8-9 dari 10. Dan semua orang yang dilakukan treatement ini gak ada 1 pun yang
gak meringis. Memang, mungkin gak ada orang yang meninggal gara-gara merokok
(lagi asik ngerokok tiba-tiba meninggal). Dokter itu bilang, itu bisa
terjadi karena merokok, atau penyakit lain yang diperparah dengan merokok. Foto
di atas adalah si pasien yang paru-paru nya bocor sehingga masuk ke rongga dada
dan harus di keluarkan dari rongga dada. Dokter tersebut bilang, boleh merokok…
asal gak meringis dan berani dada nya di lubangi.
Perusahaan tempat saya kerja,
selalu melakukan medical
check up setiap
tahun. Nah saya, sebagai QA punya hak untuk liat semua hasil dari kira-kira
30-an karyawan. Beberapa ada yang terkena bronchitis, TBC, dan hepatitis. Dan
semua mereka yang terkena penyakit tersebut adalah PEROKOK…! SO ?
ORANG-ORANG YANG NGAKU MACHO, KEREN, DAN JADI KREATIF GARA2 ROKOK, BOLEH
MEROKOK, ASAL LO GAK MERINGIS DAN BERANI DADA NYA DI LUBANGI !!!
Comments