Mimpi Kecil dan Mimpi Besar Harganya Sama (part 1)
Ada gak sih orang yang gak punya
mimpi? Maka apa motivasi nya seseorang tersebut hidup kalo gak punya mimpi?
Ada cerita kisah nyata tentang
cewek yang ketika dulu jadi mahasiswa di IPB punya mimpi dapet IP 4 dan
cumlaude. Dia bahkan punya buku khusus semacam dream book. Disitu dia tulis semua mimpi-mimpi nya, termasuk mimpi
dapet IP 4. Dia juga menuliskan mimpinya itu di tembok kamar kos-kosannya. Bahkan
dia juga menulis target-target jangka pendek untuk memuluskan target jangka
panjangnya itu, misalnya : nilai laporan harus minimal 75, selalu belajar ulang
dikhawatirkan ada quiz mendadak, berangkat kuliah tidak terlambat, dll. Tapi
suatu ketika ada temennya main ke kosan dan ngeliat tempelan itu di tembok,
temennnya malah mentertawakan. “yaelah susah kali dapet IP 4 apalagi di IPB, lu
juga ikut organisasi kan. Harus ada yang di korbankan. Biasanya yg aktif
organisasi nilainya ancur”. Tapi dia gak sedikitpun ciut. Malah semakin kuat
keinginannya. Justru dia malah ingin semakin menunjukkan walau menduduki posisi
penting di organisasinya (Ketua Divisi Pendidikan dan Profesi Mahasiswa Pangan
dan Gizi) tapi juga mampu unjuk gigi di bidang akademik.
Dan, Semesta mewujudkan kerja
kerasnya. Dia berhasil dapet IP 4 di 3 semester kedepan. Dan tau? Si teman yang
bilang ga mungkin dapet IP 4 itu dapet IP kurang dari 2, yang artinya terancam
tidak naik tingkat karna ga memenuhi
syarat naik tingkat.
Kalo kita bisa mimpi yang besar, Kenapa
kita Cuma mimpi kecil??? Keduanya punya harga yang sama, sama-sama gratis !. Biarkan
orang lain mentertawakan mimpi-mimpi besar kita, suatu saat mereka akan terdiam
melihat kita berhasil mewujudkan nya.
Orang lain boleh memandang remeh kepada
kita, tetapi kita tidak boleh sekali-kali memandang remeh kepada diri kita
sendiri (Shin Edysen, 2009).
Tidak mungkin kita akan menuai sesuatu yang
tidak kita tabur sebelumnya (anonim).
Comments