Mental Juara
Di sela waktu
produktif, iseng-iseng buka folder video di laptop dan gak sengaja tertuju ke
video Kejuaraan dunia bulu tangkis owi/butet (panggilan untuk tantowi ahmad dan
Liliyana Natsir). Saya puter lagi video nya, seketika saya semangat lagi untuk
menyelesaikan target saya yang belum juga beres. Semangat saya tumbuh lagi.
Bagaimana tidak, di
penghujung game ketiga yaitu game penentuan, posisi lawan (Tiongkok) lebih
unggul 20-18 dan pasangan Tiongkok melakukan prematur selebrasi yang menurut
saya lebay. He he he .... penonton di tribun serentak berdiri akan menyambut
kemenangan tim nya. Pertandingan bertempat di jantung kota Tiongkok, Guangzhou.
Supporter Indonesia
hampir tidak terdengar suaranya, kalah oleh supporter tiongkok yang menjadi
tuan rumah. Pelatih Tiongkok pun mulai menyilangkan tangan nya didepan dada
pertanda keyakinan akan sebuah kemenangan juara dunia. Muka owi dan butet
keliatan berkonsentrasi dan butet terlihat mengatakan sesuatu kepada owi yang
akhirnya saya tau apa yang butet sampaikan saat wawancara seusai pertandingan
“jangan nyerah dulu wi, belum 21. Masih ada kesempatan”.
Dengan kondisi yang
tertekan kesempatan itu kecil, angin kemenangan berada di Tiongkok. Tapi apa
yang saya lihat? Pasangan Indonesia menahan Tiongkok dengan menambah satu poin
sehingga menjadi 20-19, mereka berkomunikasi lagi, melakukan toss,dan menambah
lagi satu poin hingga kedudukan sama 20-20. Butet keliatan mengepal tangan nya
kelihatan sambil meyakinkan dirinya dalam hati “Bisa.... bisa!”. Di sisi
lapangan yang lain pelatih Indonesia meneriakan “tenang.... tenang... atur
nafas.... atur nafas...”. Benar memang disaat genting seperti itu yang
dibutuhkan hanya fokus dan ketenangan, bukan teknik dan strategi main.
Penonton di tribun
mulai diam, di sudut lapangan Tiongkok pelatih nya mulai keliatan gelisah.
Pasangan Indonesia berhasil menahan pasangan Tiongkok di angka 20, dan
Indonesia....... Juara Dunia! Owi Butet juara dunia. Mereka bukan hanya juara
dunia bulutangkis tapi juga juara dalam mental, juara dalam mengalahkan pikiran
negatif, mereka menang atas dirinya sendiri.
Semua penonton bahkan mungkin supporter Indonesia sendiri berpikir bahwa
Tiongkok yang akan memenagkan pertandingan, tapi tidak untuk diri mereka. Semua
orang boleh tidak yakin, tapi owi butet membuktikan nya karena mereka terlebih
dahulu berhasil meyakinkan dirinya.
Seharusnya kita pun
demikian. Sebelum garis finish, usaha terus, coba terus, maju terus. Sebelum
mencapai angka 21 maka belum kalah. Selama tangan masih bisa mengepal, kaki
bisa berlari, kejar, berlarilah mengejar “bintang” itu...!
Simon Santoso,
pemain senior bulutangkis yang ranking nya turun drastis gara-gara absen ikut
turnamen karena sakit akhirnya tembus final di kejuaraan superseries tapi lupa
di negara mana. Pas tau di final akan melawan lee chong wei, saya dalam hati
“ah pasti menang lee chong wei”. Dari sekian kali ketemu Simon belum pernah
menang. Ketika liat beritanya di twitter ternayata Simon yang juara dan
mengalahkan Lee chong wei dua set langsung. Malu.
Maaf yaaa Simon
udah mengecilkan kamu L. Bahkan seorang wartawan Indonesia pun mengaku tidak mengikuti pertandingannya
dan memilih tidur dan ketika bangun berencana akan langsung liput berita kemenangan Lee
chong wei. Ternyata salah, dia menyesal melewatkan permainan apik Simon. Hahaha
mas nya samaan nih. Rupanya kita harus lebih banyak belajar untuk tidak
meremehkan orang lain, dan belajar untuk tidak anggap diri kita remeh-temeh
seperti remahan sisa-sisa kerupuk di toples dari mereka-meraka yang hebat itu.
Semangat !!!
Comments