Ketika Kita Lemah, Berpura-puralah Kuat !
Ketika kuliah dulu saya pernah
mengalami masalah yang membuat saya gak konsen belajar. Sangaaat mengganggu. Sehingga
saya berencana untuk curhat supaya lebih lega dan berharap dapet saran yang
solutif. Akhirnya benar, saat itu saya curhat melalui sms dan memutuskan untuk
cerita ke Rizqi, sahabat saya. Karena saya tahu beliau pernah mengalami masalah
serupa namun lebih berat dari saya. Alih-alih mendapat pencerahan, saya malah
makin galau. Saya panjang lebar menjelaskan masalah saya dan beliau hanya
membalas “Kalo gue syar, berpura-pura kuat aja”. Kesal sudah pasti. Dalam hati
“ini temen gue nyebelin banget sih. Bukannya kasih semangat atau apa malah
nyuruh pura-pura.hadeuhh… capek deeh”.
Tapi kemudian daripada saya terus
uring-uringan gak jelas, belajar makin gak karuan, dan jadi orang yang mudah
marah saya mencoba berpura-pura saja. Saya berpura-pura kuat. Di hadapan
teman-teman lain saya berlagak tidak terjadi apapun, saya juga berpura-pura
pada diri saya sendiri alias sok gak ada apa-apa, maksain belajar, maksain
senyum walau gak simetris ke kanan 3cm ke kiri 1,5 cm (Nah lo… coba dicontohin,
serem jadinya. He he he).
Apa yang terjadi? Saya memang
tidak kenapa-kenapa. Saya memang kuat ternyata. Saya cukup tangguh kok.
Ternyata betul apa yang sahabat saya pernah bilang itu, berpura-puralah. Tapi
bukan kura-kura dalam perahu yaaa…hehe. Bahkan cara itulah yang akhirnya selalu
saya lakukan setiap kali saya rapuh, lemah, dan sedang jatuh. Terimakasih
Rizqi… J the
one who really fluent in spelling “y” on Syari J
Faktanya, pada saat kita berpura-pura kuat,
maka kita seperti mengirim sinyal ke otak kita untuk kuat, kita
menginstruksikan otak kita untuk kuat. Ini juga disebut afirmasi yaitu
berpikiran positif. Ibarat kata gen-gen positif kita yang tertidur kemudian
bangun dan terjadi pemrograman yang kemudian akan menggerakkan seluruh syaraf
pada otak.
Ketika kita lemah, berpura-puralah
kuat !
Comments