Mama dan Bapak... You Are My Real Wedding Organizer
Fyuhh... alhamdulillah akhirnya undangan nikah
penuh drama dan air mata jadi juga. Bayangin, H-16 250 biji lagi belum jadi
doooong. Ngaret 2 minggu dari waktu seharusnya.
Beberapa hari belakangan,
kegalauan melanda. Sebenarnya buat saya undangan jadi H-2 minggu ndak jadi
masalah. Tapi melihat pihak percetakan yang terus PHP menjanjikan hari rabu
jadi, ternyata tidak. Lalu dijanjikan jumat sore, ternyata ingkar. Dijanjikan
lagi sabtu sore, meleset lagi dan dijanjikan senin jadi. Lagi-lagi undangan belum juga diantar kerumah dan dijanjikan kamis. Gimana ndak bikin
was-was kalau-kalau pihak percetakan terus PHP sampai mepet-mepet hari-H. Karena
harus menempel label nama tamu yang diundang dan tempel kartu ucapan
terimakasih di souvenir.
Suasana beberapa hari belakangan jadi sangat
panas, sepanas mulutnya Farhat Abbas. Tekanan begitu tinggi kepada
saya. Tidak bisa tidur sampai saya sering merasa sakit kepala. Tapi Mama dan
Bapak, tak pernah absen ada di garda terdepan menenangkan dan mengusahakan ini.
Jam setengah 10 malam, Bapak dan Mama telfon
dan mengabari kalo mereka baru saja pulang dari rumah orang percetakan untuk
memastikan kalo pihak percetakan menyanggupi melanjutkan membuat undangan
secepatnya. Bapak bilang “setiap persiapan pernikahan pasti ada saja hambatan,
kerikil-kerikil masalah. Pasti bisa diselesaikan kok teh... tenang aja, gausah
panik. Jangan stres. Percaya Bapak sama Mama, pokoknya Bapak sama Mama
tanggungjawab. Jangan stres, jangan sampai sakit”.
Padahal, kalau ada orang paling stres dalam
mempersiapkan pernikahan saya ini seharusnya adalah mereka. Banyak hal yang
harus mereka urus, diperhitungkan, dan diantisipasi agar semua berjalan lancar,
tidak kekurangan, dan sesuai budget. They really my real wedding organizer (WO).
Mulai dari bulak-balik survey catering, bulak-balik survey tukang tenda,
bulak-balik urus undangan, dan banyak bulak-balik lain. Yang saya lihat, mereka
sangat senang melakukannya (maklum nikahin anak perdana... he he he).
Dan yang saya harus contoh, ketenangan dalam
menyelesaikan masalah. Alhamdulillah akhirnya undangan jadi pada H-16 tanpa
mereka marah-marah dan menyalahkan siapapun bahkan pihak percetakan. Tapi
mereka tidak diam, setiap hari telfon menanyakan kabar dan menjelaskan ke pihak
percetakan kalo undangan yang 250 biji lagi harus disebar ke luar kota sehingga
harus jadi secepatnya.
Bapak dan Mama, teteh ingin seperti Bapak dan
Mama,,, yang menjadi penenang dan bisa mendinginkan disaat sekitar panik, bukan
ikutan panik dan membuat suasana menjadi lebih tegang. Benar, masalah akan
lebih mudah diselesaikan ketika kita tenang. Sebentar lagi teteh akan menikah,
tapi sampai detik ini, teteh masih menjadi anak Bapak dan Mama yang manja. Yang
masih membutuhkan suara menentramkan Bapak dan Mama biarpun lewat telfon karena
kita berjauhan. Bahkan, hingga dewasa pun teteh masih mengandalkan Mama dan
Bapak untuk mengajariku tentang kecerdasan emosi.
Mama dan Bapak, terimakasih... hingga teteh beranjak dewasa
seperti sekarang, teteh tidak pernah kekurangan limpahan kasih sayang. Dari
mama dan Bapak, teteh belajar apa arti mencintai dan menyayangi tanpa syarat.
Ma, Pak... sebentar lagi teteh akan memulai
babak baru kehidupan dengan seorang yang menjadi tautan hati teteh. Mama tak
perlu khawatir, lelaki pilihan teteh sanggup menggenapiku. Dia bertanggung
jawab dan mampu menjadi suami idaman.
Kemanapun teteh melangkah, teteh tidak akan
pernah lupa rumah. Mama dan Bapak adalah rumah teteh dan teteh selalu tahu
jalan pulang.
Bapak dan Mama, i will always be your litle
girl...
Comments